I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt Myspace Falling Objects @ JellyMuffin.com I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt I ♥ ALLAH Swt Myspace Layouts

Kumpulan puisi


PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !


Karya : Chairil Anwar



(1948)
Siasat,
Th III, No. 96
1949






KRAWANG-BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi



Karya : Chairil Anwar


(1948)
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957







SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...


Karya : Chairil Anwar











DERAI DERAI CEMARA

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah


Karya : Chairil Anwar











DOA

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling



Karya : Chairil Anwar
13 November 1943
PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.



Karya : Chairil Anwar
Maret 1943










AKU


Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi



Karya : Chairil Anwar
Maret 1943



Tragedi Anak Bangsa


hatiku pernah tertinggal
di sudut-sudut kota
di pinggir-pinggir kehidupan
dan di dusun sunyi berbatasan sungai
penuh tragedi

hatiku pernah tertinggal
dengan iba
ketika air mata habis dalam duka
bersama anak yatim dan janda nestapa
dalam puing dan debu hunian mereka

tuhanku, engkau telah menjadi saksi
di tanah beku, dingin dan tak ramah
ambon, poso, sampit dan atambua
di relung kegelapan tetesan derita

tertegun aku ketika nurani berbisik
dan mengetuk rebana kerinduan
tuk berlari dan menyapa
kembang perdamaian yang kini mekar
sayap persaudaraan yang kini mengangkasa
dan hujan kasih sayang yang membasuh
pertiwi
dari taman sari, relung sanubari
dari pelataran, getar alam pikiran
bukan di ujung palu dan tajamnya pedang



Karya : Susilo Bambang Yudhoyono
jakarta, 07 januari 2004

Palagan Terakhir

Kutatap bukit menoreh pewaris legenda
Guratan sejarah ketika raja berebut tahta
Di sepanjang pelana, di kolong awan jingga
Ksatria berlaga untuk sebuah nama

Meski menoreh tak terbakar karena ilalangnya
Api amarah tetap menyala
dan tak pernah padam,
membakar jiwa yang haus kuasa
dalam kemarau panjang
dan bencana persaudaraan di tanah Jawa

Di malam hening, bebatuan bertutur kisah
ksatria muda yang bertafakur di akhir laga
menengadah, dan membisikkan pesan
untuk sebuah zaman yang belum datang

Biarlah bukit ini mengakhiri kisahku
dan mengubur mimpi-mimpi buruk
di atas palagan tak kering darah

Dengan hatiku
Kupadamkan bara penebar maut dan dan raga
Di sini. Di tanah ini


Karya : Susilo Bambang Yudhoyono
Semarang,26 Januari 2004







Kasih dan Kehidupan



Halusnya jari-jari lentik memetik gitar di halaman belakang ketika anggrek bulan tengah mekar

Merdunya tembang penyanyi tua dalam lantunan kasih dan getar rindu suka cita di masa silam

Ya, Rabbana teduh jiwaku dalam syukur ketika kau turunkan rahmat di kehidupan yang bening dan tulus


Meski hatiku terus berkelana di liku bukit medan kembara langkahku tak sesat, atau terjatuh di ngarai tandus tak bersahabat karena di balik cakrawala kulihat mentari pagi berdendang melambai menabur kasih dan cahaya kehidupan


Karya : Susilo Bambang Yudhoyono
Jakarta,21 januari 2004




0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 HaNand_bLog. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy